Sabtu, 19 November 2011

our stories


Tahun 2008 kami bertemu dalam acara MOS SMK. Saat penentuan kelas ternyata kami sama-sama masuk ke kelas akuntansi. Kelas yang terletak di ujung berdekatan dengan pohon keres. Perkenalan di mulai di kelas kenangan ini. Saat itu banyak yang belum mendapat tempat duduk. Jadi banyak anak yang ngedumel keras-keras dan berkata esok akan berangkat lebih pagi agar mendapat tempat duduk. Maksudnya mau “ngecup”, biar dapet posisi yang strategis, hahaha. Saat itu aku duduk dengan gadis cantik berkerudung, walaupun belum sepenuhnya kenal kami sudah berjanji akan duduk bersama lagi besok.
Keesokan hari ternyata kami datang bersamaan padahal kelas sudah ramai. Duh, dapet tempat sebelah mana, nih. Akhirnya kami dapat duduk di baris ke 3 di belakang sendiri pula. Aduh, jauh banget dari papan tulis. Bisa tersiksa aku kalo gini. Kebetulan wali kelasku sedang sakit. Jadi wali kelas sementara kami adalah guru pengganti yang ternyata beliau adalah guru PAI. Kami dibimbing untuk memilih pengurus kelas. Beliau juga menentukan aturan-aturan agar tempat duduk di rolling setiap minggunya. Wah, aku senang sekali ada kesempatan duduk depan

Dan kegiatan belajar-mengajar di mulai. Aku yang awalnya tidak mengerti sama sekali tentang akuntansi merasa merana. Sulit amat ini pelajaran. Gimana bisa angka di begituin, di jurnal, di bikinin laporan padahal angkanya khayal semua. Belum lagi waktu pelajarannya bisa sampai 16 jam seminggu. Istirahat cuma sekali, padahal dulu SMP aku istirahat dua kali. Oh God, please help me.

Lama-kelamaan aku mulai paham. Walau cuma sedikit, lumayanlah daripada saat awal masuk. Aku menemukan teman-teman baru. Delapan orang berbeda kepribadian yang lumayan erat yaitu Leni, Febri, aku, Irma, Fitri, Uci, Fanny dan Merry. Tapi dalam grup biasanya kami terbagi empat-empat. Dan yang selalu bersamaku adalah teman sebangkuku Irma, Leni dan Febri. Sementara tentang teman sekelasku lainnya, di luar dugaan mereka adalah orang-orang yang wow. Dibilang nyeleneh iya, sangar iya. Amazing.
Kami melewati lomba-lomba kemerdekaan RI di tahun pertama kami dengan kemenangan walaupun tanpa arahan dari wali kelas. Di tahun kedua kami diwajibkan melakukan magang (PSG) di tempat-tempat usaha mitra sekolah. Kami dipisah di tempat yang berbeda-beda. Maksimal ada 8 orang anak berada di perusahaan yang sama. Dua bulan lamanya kami magang dan hanya bertemu saat hari sabtu untuk melaksanakan ujian semester. Bisa dipastikan banyak nilai yang jeblok karena waktu belajar berkurang. Dan aku salah satunya, hehehe.
Tentang kelas dua, ada sedikit cerita lucu tentang guru Bahasa Indonesia kami. Bukannya tidak sopan, mungkin karena faktor usia yang sudah sepuh jadi terkadang lupa. Pernah suatu hari beliau menulis menggunakan kapur di tembok putih. Lucunya beliau malah berkata “Lho, kok nggak ada tulisannya”. Spontan anak-anak langsung tertawa sambil menunjuk papan tulis. Belum lagi kata-kata keramat beliau “Ko sik to ..”.
Menginjak kelas tiga kami disibukkan dengan berbagai macam try out tiap minggunya. Kami mendapat tambahan belajar hingga jam setengah empat. Otomatis kami harus makan siang di sekolah. Banyak yang membawa bekal sendiri dari rumah. Dari sinilah muncul kegiatan icip-icip ala wisata kuliner di tivi. Berpindah dari satu teman ke teman lain sampai akhirnya kenyang sendiri.
Waktu ujian sudah sangat dekat. Teman-temanku benar-benar setengah mati berjuang. Mulai dari mengorbankan waktu istirahat untuk berlatih soal juga belajar bersama di sela-sela pelajaran Bahasa Inggris yang tentunya membuat sang guru mata pelajaran marah. Tapi bukan AK 1 namanya bila tidak bisa merayu guru yang satu ini. Pernah kami belajar bersama saat hari minggu di rumah salah satu teman, tapi hasilnya hanya rujak, gosip dan tawa ngakak. Bahkan sehari sebelum ujian praktek akuntansi kami masih ber-try out ria mengerjakan angka-angka. Rasanya sampai hafal luar kepala isi jurnalnya. Alhamdulillah kami bisa melewatinya dengan baik.
Hingga tiba saat berpisah. Tiga tahun seperti saudara bersatu dalam keluarga akuntansi satu. Bersaing, berbagi, peduli, ngrasani, saling mengejek namun hanya bercanda. Mungkin karena kelas kami isinya perempuan semua membuat kami semakin solid. Acara perpisahan di adakan di Malang sekaligus untuk rekreasi. Saat pembagian ijazah banyak yang menangis. Dan saat seperti itulah 3 tahun rasanya seperti 3 hari. Rasanya baru kemarin berkenalan dan sekarang kami sudah akan memasuki dunia yang baru. Masih banyak cerita dari kelas ini yang terlalu panjang bila di tulis.


Arek akshii - arek akuntansi siji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...